-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan


Miris, ART di Segedong Mempawah Puluhan Tahun Tempati Rumah Tak Layak Huni

22 Februari 2024 | 7:02 AM WIB | 0 Views Last Updated 2024-02-22T05:25:53Z

bagian dapur rumah Ratna tampak tak memiliki atap

 

MEMPAWAH NEWS – Program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) yang direalisasikan pemerintah tak sepenuhnya mampu menjangkau masyarakat yang membutuhkan. Aparatur pemerintah harus lebih teliti dalam  menyaring dan menseleksi data untuk memastikan program tersebut tepat sasaran.

 

Seperti halnya Ratna (53), warga Jalan Nelayan RT 01/RW 01, Desa Sungai Burung, Kecamatan Segedong, Kabupaten Mempawah. Perempuan yang berprofesi sebagai Asisten Rumah Tangga (ART) ini sejak puluhan tahun lalu menempat rumah tak layak huni.

 

Ratna yang bermukim bersama seorang anak perempuannya menempati rumah dengan kondisi sangat memprihatinkan. Salah satu ruangan yang rusak parah adalah bagian dapur yang tak memiliki atap. Sehingga, jika turun hujan maka Ratna dan anaknya harus basah tersiram air hujan.

 

“Saya membangun rumah ini sejak anak masih kecil, dan sekarang diperkirakan usianya sudah lebih 25 tahun. Kondisinya memang sudah memprihatinakan dan tidak layak huni. Namun, saya akan tetap bertahan walaupun seperti apapun kondisi rumah ini,” ucap Ratna ditemui tim mempawahnews.com dikediamannya, Senin 19 Februari 2024.

 

Ratna menceritakan, sejak setahun lalu dirinya menempati rumah itu bersama seorang anak perempuannya setelah suami tercintanya meninggal dunia. Sebenarnya, Ratna memiliki satu lagi anak namun telah bermukim ke Padang bersama keluarganya.

 

“Dirumah ini, saya tinggal bersama seorang anak. Sedangkan suami sudah meninggal dunia sekitar setahun lalu. Anak yang pertama sudah menikah dan hidup di Padang,” urainya.

 

Ratna menceritakan kondisi rumahnya sangat memprihatinkan. Jika turun hujan, maka dirinya harus basah. Mengingat, bagian dapur rumah tersebut sudah tak memiliki atap karena roboh.

 

“Kalau turun hujan, maka kami akan basah dan kehujanan. Sebab, di dapur sudah tidak ada atapnya. Begitupun kalau angin kencang, rumah ini terasa berguncang. Dan saya hanya bisa berdoa kepada Allah, agar kami diselamatkan dari marabahaya,” lirihnya.

 

Tak hanya hujan dan angin kencang, sambung Ratna, dirinya juga kerap kebanjiran. Jika terjadi banjir, maka seluruh bagian rumah akan terendam dengan ketinggian air cukup tinggi hingga mengganggu aktivitasnya.

 

“Kalau sudah banjir, maka kita tidak bisa beraktivitas apapun mengingat seluruh bagian rumah terendam air. Kami hanya bisa berdiam diri menunggu banjir surut barulah bisa beraktivitas,” timpalnya.

 

Disamping itu, rumah yang ditempat Ratna dan anaknya juga tidak memiliki WC. Sehingga, Ratna dan anaknya harus menumpang ke rumah tetangga untuk buang air kecil dan besar.

 

“Tidak ada WC, biasanya kami menumpang kerumah tetangga,” imbuhnya.

 

Jauh dilubuk hatinya, Ratna sangat ingin memiliki rumah yang lebih layak huni. Rumah yang nyaman dan aman untuk dirinya beserta anaknya beristirahat dan bermukim. Namun, keterbatasan ekonomi membuat Ratna harus mengurungkan niat memperbaiki rumahnya yang rusak parah itu.

 

“Saya hanya bekerja sebagai ART dengan gaji sekitar Rp 400-Rp 600 ribu per bulan. Uang yang saya hasilnya hanya mampu memenuhi kebutuhan hidup. Itupun harus pandai-pandai agar semua kebutuhan bisa terpenuhi ditengah situasi barang-barang yang serba mahal,” ucapnya.

 

“Mudah-mudahan ada pihak-pihak yang bersedia membantu kami untuk memperbaiki rumah ini supaya bisa lebih layak huni. Agar, kami bisa beristirahat di rumah ini dengan nyaman dan aman,” harapnya mengakhiri.

 

Program RTLH di Kabupaten Mempawah sudah sejak lama bergulir. Hanya saja kuota program tersebut sangat terbatas. Ironinya, data penerima bansos RTLH tersebut kerap tak tepat sasaran. Padahal, fakta dilapangan masih banyak masyarakat yang lebih layak namun tak tersentuh program tersebut.


×
Berita Terbaru Update