sesajian sembahyang rebut di Klenteng Tri Dharma Bhakti Sui Pinyuh/FOTO : Istimewa |
MEMPAWAH NEWS – Sejak ratusan tahun silam, masyarakat Tionghoa meyakini pada tanggal 15 bulan 7 kalender Imlek merupakan hari yang sangat penting. Yakni, pintu neraka dibuka dan arwah-arwah gentayangan akan turun ke bumi. Dalam momentum itu, warga Tionghoa akan menyiapkan sajian makanan agar arwah gentayangan tidak mengganggu kehidupan manusia.
Keyakinan tersebut
diaplikasikan dengan melaksanakan sembahyang rebut di tiap klenteng yang telah
ditentukan pengurus yayasan. Puluhan hingga ratusan sajian makanan tersusun
rapi di halaman klenteng.
Sajian makanan
yang dihidangkan beragam. Mulai dari
makanan pokok seperti nasi, lauk pauk daging, sayur mayur, makanan ringan hingga
buah-buahan tak luput dari suguhan di ritual puncak tersebut. Setelah semua
hidangan siap, panitia akan menentukan waktu yang tepat untuk memulai ritual
sembahyang rebut.
Sementara itu,
ratusan warga berkumpul disekitar lokasi sembahyang rebut. Mereka mennatikan
aba-aba dari panitia. Jika waktunya telah tiba, mereka saling berebut mengambil
sesajian tersebut. Bagi mereka yang cekatan, maka bisa membawa pulang banyak
makanan.
“Sembahyang rebut
ini menjadi tradisi turun temurun masyarakat Tionghoa. Dan telah berlangsung ratusan
tahun,” jelas Wakil Ketua Yayasan Kematian Song Ngie Sia Sungai
Pinyuh, Hiu Cuk Chien kepada mempawahnews.com disela-sela puncak ritual
sembahyang rebut di Klenteng Tri Dharma Bhakti Sungai Pinyuh, Jumat (12/8/2022)
sore .
Dalam penanggalan
Imlek, ungkap pria berkacamata yang akrab disapa Achien itu, tepat di hari
ke-15 bulan 7 ini menjadi puncak hari raya bagi dunia arwah. Saat ini,
pintu-pintu arwah akan dibuka. Sehingga, para arwah pun bergentayangan ke muka
bumi.
“Setiap
bulan 7 tanggal 15 itu seperti puncak hari raya dunia arwah. Pintu arwah akan
dibuka, dan baru akan ditutup pada tengah malam sekitar pukul 00.00 tengah
malam. Sembahyang rebut ini sekaligus penanda berakhirnya rangkaian ritual
sembahyang kubur,” bebernya.
sembahyang rebut penutup rangkaian sembahyang kubur masyarakat Tionghoa |
Senada itu, Sekretaris Yayasan Tri Dharma Bhakti Sungai Pinyuh Hermawan Lim mengatakan sembahyang rebut diyakini sebagai hari dibukanya pintu neraka. Masyarakat Tionghoa mempercayai, arwah-arwah gentayangan turun ke bumi.
“Secara turun temurun
kita percaya ada banyak roh gentayangan turun
ke bumi. Dan dikhawatir roh gentayangan tersebut akan mengganggu kehidupan
manusia,” pendapatnya.
Maka, sambung
Hermawan Lim, kepercayaan masyarakat Tionghoa diharusnya menyuguhkan aneka makanan
untuk para roh gentayangan supaya tidak mengusik dan mengganggu kehidupan manusia.
“Kita
siapkan sesajen agar mereka (roh) bisa makan. Dan setelah itu, mereka bisa pulang
ke alamnya tanpa mengganggu kehidupan manusia,” bebernya.
Hermawan Lim
berharap tradisi ritual sembahyang kubur dikalangan masyarakat Tionghoa akan
terus berlangsung dan dilestarikan turun temurun. Disamping mengandung
nilai-nilai religius dan spiritual, juga sebagai bentuk penghormatan kepada
para leluhur.
“Mudah-mudahan
dengan ritual sembahyang rebut ini memberikan ketenangan dan kebahagiaan bagi seluruh
umat manusia maupun para leluhur,” pungkasnya.
Penulis : Tim Liputan