-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan



Makna Sembahyang Rebut : Tradisi Memberi Makan Roh Gentayangan

13 Agustus 2022 | 10:21 AM WIB | 0 Views Last Updated 2022-08-13T03:21:31Z
sesajian sembahyang rebut di Klenteng Tri Dharma Bhakti Sui Pinyuh/FOTO : Istimewa

MEMPAWAH NEWS – Sejak ratusan tahun silam, masyarakat Tionghoa meyakini pada tanggal 15 bulan 7 kalender Imlek merupakan hari yang sangat penting. Yakni, pintu neraka dibuka dan arwah-arwah gentayangan akan turun ke bumi. Dalam momentum itu, warga Tionghoa akan menyiapkan sajian makanan agar arwah gentayangan tidak mengganggu kehidupan manusia.

 

Keyakinan tersebut diaplikasikan dengan melaksanakan sembahyang rebut di tiap klenteng yang telah ditentukan pengurus yayasan. Puluhan hingga ratusan sajian makanan tersusun rapi di halaman klenteng.

 

Sajian makanan yang  dihidangkan beragam. Mulai dari makanan pokok seperti nasi, lauk pauk daging, sayur mayur, makanan ringan hingga buah-buahan tak luput dari suguhan di ritual puncak tersebut. Setelah semua hidangan siap, panitia akan menentukan waktu yang tepat untuk memulai ritual sembahyang rebut.

 

Sementara itu, ratusan warga berkumpul disekitar lokasi sembahyang rebut. Mereka mennatikan aba-aba dari panitia. Jika waktunya telah tiba, mereka saling berebut mengambil sesajian tersebut. Bagi mereka yang cekatan, maka bisa membawa pulang banyak makanan.

 

“Sembahyang rebut ini menjadi tradisi turun temurun masyarakat Tionghoa. Dan telah berlangsung ratusan tahun,” jelas Wakil Ketua Yayasan Kematian Song Ngie Sia Sungai Pinyuh, Hiu Cuk Chien kepada mempawahnews.com disela-sela puncak ritual sembahyang rebut di Klenteng Tri Dharma Bhakti Sungai Pinyuh, Jumat (12/8/2022) sore .

 

Dalam penanggalan Imlek, ungkap pria berkacamata yang akrab disapa Achien itu, tepat di hari ke-15 bulan 7 ini menjadi puncak hari raya bagi dunia arwah. Saat ini, pintu-pintu arwah akan dibuka. Sehingga, para arwah pun bergentayangan ke muka bumi.

 

“Setiap bulan 7 tanggal 15 itu seperti puncak hari raya dunia arwah. Pintu arwah akan dibuka, dan baru akan ditutup pada tengah malam sekitar pukul 00.00 tengah malam. Sembahyang rebut ini sekaligus penanda berakhirnya rangkaian ritual sembahyang kubur,” bebernya.


sembahyang rebut penutup rangkaian sembahyang kubur masyarakat Tionghoa


Senada itu, Sekretaris Yayasan Tri Dharma Bhakti Sungai Pinyuh Hermawan Lim mengatakan sembahyang rebut diyakini sebagai hari dibukanya pintu neraka. Masyarakat Tionghoa mempercayai, arwah-arwah gentayangan turun ke bumi.

 

“Secara turun temurun kita percaya ada banyak roh gentayangan turun ke bumi. Dan dikhawatir roh gentayangan tersebut akan mengganggu kehidupan manusia,” pendapatnya.

 

Maka, sambung Hermawan Lim, kepercayaan masyarakat Tionghoa diharusnya menyuguhkan aneka makanan untuk para roh gentayangan supaya tidak mengusik dan mengganggu kehidupan manusia.

 

“Kita siapkan sesajen agar mereka (roh) bisa makan. Dan setelah itu, mereka bisa pulang ke alamnya tanpa mengganggu kehidupan manusia,” bebernya.

 

Hermawan Lim berharap tradisi ritual sembahyang kubur dikalangan masyarakat Tionghoa akan terus berlangsung dan dilestarikan turun temurun. Disamping mengandung nilai-nilai religius dan spiritual, juga sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur.

 

“Mudah-mudahan dengan ritual sembahyang rebut ini memberikan ketenangan dan kebahagiaan bagi seluruh umat manusia maupun para leluhur,” pungkasnya.

 

 

 

 

 

 

 

Penulis : Tim Liputan

 

×
Berita Terbaru Update