Aulia bersama ibunya Farida/foto : Bung Ranie |
MEMPAWAH NEWS – Aulia (15), warga RT 08/RW 03, Dusun Tengah, Desa Galang, Kecamatan Sungai Pinyuh menghabiskan waktu selama belasan tahun dengan berbaring di tempat tidur. Dirinya tak dapat beraktivitas dengan normal lantaran mengalami hidrosefalus sejak dalam kandungan.
Aulia yang merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara itu diasuh oleh ibunya, Farida. Dengan telaten dan penuh kesabaran,
Farida mengurus seluruh keperluan Aulia sejak kecil hingga tumbuh menjadi remaja.
“Aulia sama sekali tidak beraktivitas, hanya
berbaring saja sejak kecil hingga sekarang. September nanti, tepat 15 tahun
usianya,” terang Farida kepada mempawahnews.com di rumah kontrakannya, Senin
(15/8/2022) siang.
Menurut Farida, kondisi tidak normal yang
dialami Aulia terjadi sejak dalam kandungan. Awalnya, Farida mengaku tidak
mengetahuinya. Namun, setelah dilakukan USG barulah terungkap jika terjadi
pembengkakan pada kepala bayinya.
“Sewaktu hamil, kondisi perut besar bahkan orang-orang
menduga saya akan melahirkan anak kembar. Namun, ketika di USG ternyata anak
ini tidak normal pada kepalanya sehingga harus dilahirkan dengan cara sesar,”
kenang Farida.
Kesulitan ekonomi menyebabkan Farida tak
mampu melakukan pengobatan secara maksimal untuk Aulia. Setelah berusia tiga
tahun, barulah Farida dapat membawa Aulia ke RS Soedarso Pontianak untuk
menjalani pemeriksaan.
“Dokter menyatakan Aulia mengalami
hedrosipalus atau ada cairan di kepala.
Waktu itu, kita sempat membeli alat berupa
selang untuk mengeluarkan cairan di kepala. Namun, pada akhirnya Aulia tidak
menjalani operasi,” ujarnya.
Atas petunjuk dokter, Aulia disarankan
mengkonsusi obat-obatan yang harus diminum secara rutin. Setiap bulan, obat
harus ditebus dengan harga yang cukup mahal Rp 500 ribu.
“Kurang lebih 6 bulan, Aulia mengkonsumsi
obat dan hasilnya memang ada sedikit cekungan di kepala. Namun, harga obat
mahal bagi saya sehingga kami tidak bisa membeli setiap bulan. Sudah lama tidak
pernah mengkonsumsi obat lagi, karena tidak ada uang,” lirihnya.
Ditengah kesulitan ekonomi untuk membiayai
hidup dan pengobatan Aulia, janda anak tiga ini mendapatkan musibah yang
memperburuk hidupnya. Anak tertuanya yang selama ini menjadi tulang punggung
keluarga meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas di Jalan Raya Desa Galang.
“Baru saja 9 hari lalu, anak tertua saya
meninggal dunia. Padahal, dia lah yang selama ini menjadi tulang punggung untuk
menafkahi keluarga ini,” ucapnya.
Jauh dilubuk hatinya, Farida sangat ingin
memberikan pengobatan maksimal kepada Aulia. Agar, Aulia bisa tumbuh dan
beraktivitas dengan normal layaknya anak-anak lainnya. Hanya saja, keterbatasan
ekonomi membuat usaha pengobatan tidak bisa dilakukan.
“Pastinya saya ingin Aulia bisa sembuh dan
beraktivitas seperti anak-anak lain. Jika ada bantuan dan dukungan dari
pemerintah daerah untuk pengobatan Aulia, tentunya kami sangat berterima kasih,”
pungkasnya.
Penulis : Tim Liputan