potret rumah tak layak huni milik Kartini/Foto : Bung Ranie
MEMPAWAH NEWS – Kartini (44), seorang
pemulung warga RT 03/RW 02, Jalan Parit Banjar, Kecamatan Mempawah Timur menempati
rumah tak layak huni. Rumah yang dihuni bersama suami dan anak-anaknya itu
dibangun dengan pondasi kayu dan papan. Bahkan, saat ini rumah tersebut tampak
miring. Kesulitan ekonomi membuat Kartini tak mampu memperbaiki kerusakan tempat
tinggalnya.
Ditemui dikediamannya pada
Senin 13 Mei, Kartini mengaku sudah puluhan tahun menempati rumah tersebut
bersama suami dan tiga anaknya. Menurut dia, sejak awal dibangun rumah tersebut
kondisinya sangat sederhana.
“Rumah ini dibangun dengan
kayu bekas. Pondasinya kayu dan dindingnya papan. Dulu menggunakan atap daun,
namun kami mendapatkan bantuan seng sehingga kita pasang atap seng,” aku Kartini.
Saat ini, dikatakan Kartini,
rumah miliknya semakin memparihatinkan. Bahkan jika turun hujan, dia dan
anak-anaknya kerap tersiram air hujan lantaran atap rumah bocor.
Jauh dilubuk hatinya,
Kartini sangat mendambakan rumah layak huni. Namun, kesulitan ekonomi membuat
niat tersebut harus dikuburnya dalam-dalam. Penghasilan yang diperolehnya dari
memulung barang bekas hanya mampu untuk kebutuhan makan sehari-hari.
“Saya bekerja sebagai
pemulung dengan hasil Rp 60 ribu per 2 minggu. Terkadang juga menjadi buruh
tebas kebun, membersihkan rumah dan pekerjaan apapun saya lakukan yang penting
mendapatkan uang yang halal,” lirihnya.
Sementara suaminya, lanjut
Kartini bekerja sebagai pencari kepiting. Hasil yang didapat tak menentu. Jika sedang
beruntung, suaminya bisa membawa pulang uang Rp 100 ribu dari berburu kepiting.
“Kalau pas lagi ada rezeki
bisa dapat Rp 100 ribu. Itupun tidak menentu hasil yang diperoleh dari mencari
kepiting. Uang yang kami peroleh hanya cukup untuk keperluan makan, sehingga
tidak bisa memperbaiki rumah,” tuturnya.
Kartini mengaku kerap
diiming-imingi bantuan dari berbagai pihak. Mulai dari bantuan bedah rumah,
bantuan WC hingga pemasangan listrik. Namun, semua bantuan tersebut tak kunjung
terealisasi.
“Banyak yang menjanjikan
bantuan, namun sampai sekarang tak ada yang terealisasi. Padahal, saya sangat
berharap mendapatkan bantuan dari pemerintah terutama untuk memperbaiki rumah
agar bisa layak huni dan nyaman ditempati,” ucapnya.
“Pasti saya sangat bersyukur
dan berterima kasih jika ada yang bersedia membantu membangunkan rumah saya
agar lebih layak huni. Bisa memiliki WC sendiri, kalau hujan tidak bocor dan
lainnya. Mudah-mudahan ada pihak yang mau membantu saya,” tukasnya.