-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Kisah Kartini, Pemulung Warga Parit Banjar : Rumah dari Kayu Bekas, Kini Miring Rawan Roboh

14 Mei 2024 | 7:00 PM WIB | 0 Views Last Updated 2024-05-14T12:00:11Z

potret rumah tak layak huni milik Kartini/Foto : Bung Ranie

 

MEMPAWAH NEWS – Kartini (44), seorang pemulung warga RT 03/RW 02, Jalan Parit Banjar, Kecamatan Mempawah Timur menempati rumah tak layak huni. Rumah yang dihuni bersama suami dan anak-anaknya itu dibangun dengan pondasi kayu dan papan. Bahkan, saat ini rumah tersebut tampak miring. Kesulitan ekonomi membuat Kartini tak mampu memperbaiki kerusakan tempat tinggalnya.

 

Ditemui dikediamannya pada Senin 13 Mei, Kartini mengaku sudah puluhan tahun menempati rumah tersebut bersama suami dan tiga anaknya. Menurut dia, sejak awal dibangun rumah tersebut kondisinya sangat sederhana.

 

“Rumah ini dibangun dengan kayu bekas. Pondasinya kayu dan dindingnya papan. Dulu menggunakan atap daun, namun kami mendapatkan bantuan seng sehingga kita pasang atap seng,” aku Kartini.

 

Saat ini, dikatakan Kartini, rumah miliknya semakin memparihatinkan. Bahkan jika turun hujan, dia dan anak-anaknya kerap tersiram air hujan lantaran atap rumah bocor.

 

Jauh dilubuk hatinya, Kartini sangat mendambakan rumah layak huni. Namun, kesulitan ekonomi membuat niat tersebut harus dikuburnya dalam-dalam. Penghasilan yang diperolehnya dari memulung barang bekas hanya mampu untuk kebutuhan makan sehari-hari.

 

“Saya bekerja sebagai pemulung dengan hasil Rp 60 ribu per 2 minggu. Terkadang juga menjadi buruh tebas kebun, membersihkan rumah dan pekerjaan apapun saya lakukan yang penting mendapatkan uang yang halal,” lirihnya.

 

Sementara suaminya, lanjut Kartini bekerja sebagai pencari kepiting. Hasil yang didapat tak menentu. Jika sedang beruntung, suaminya bisa membawa pulang uang Rp 100 ribu dari berburu kepiting.

 

“Kalau pas lagi ada rezeki bisa dapat Rp 100 ribu. Itupun tidak menentu hasil yang diperoleh dari mencari kepiting. Uang yang kami peroleh hanya cukup untuk keperluan makan, sehingga tidak bisa memperbaiki rumah,” tuturnya.

 

Kartini mengaku kerap diiming-imingi bantuan dari berbagai pihak. Mulai dari bantuan bedah rumah, bantuan WC hingga pemasangan listrik. Namun, semua bantuan tersebut tak kunjung terealisasi.

 

“Banyak yang menjanjikan bantuan, namun sampai sekarang tak ada yang terealisasi. Padahal, saya sangat berharap mendapatkan bantuan dari pemerintah terutama untuk memperbaiki rumah agar bisa layak huni dan nyaman ditempati,” ucapnya.

 

“Pasti saya sangat bersyukur dan berterima kasih jika ada yang bersedia membantu membangunkan rumah saya agar lebih layak huni. Bisa memiliki WC sendiri, kalau hujan tidak bocor dan lainnya. Mudah-mudahan ada pihak yang mau membantu saya,” tukasnya.


×
Berita Terbaru Update