Rosita dan kedua anaknya kembali kerumah ditemukan warga Kampung Janggot/foto : Bung Ranie |
MEMPAWAH NEWS – Keputusan Rosita mendengarkan pilihan anaknya Sasa (12) agar melewati jalan menuju ke tengah kebun sawit mengantarkan mereka mengakhiri ‘petualangan’ ditengah hutan Desa Sungai Rasau. Teriakan minta tolong Rosita dan kedu anaknya direspon para pekerja kebun sawit, hingga mereka berhasil ditemukan dalam kondisi selamat setelah tiga hari dan dua malam tersesat.
“Saat kami sedang menebas kebun, tiba-tiba
saja ada suara orang minta tolong. Tak lama kemudian, terlihat seorang perempuan dan dua
anak kecil menghampiri kami,” kata Lina didampingi Juliana dan Sujarmi. Mereka
lah orang pertama yang berhasil menemukan Rosita dan kedua anaknya di salah
satu lahan perkebunan kelapa sawit yang terletak di Kampung Janggot. Kampung ini berjaraknya kurang lebih 4-5 kilometer dari
pemukiman masyarakat Desa Sungai Rasau, Kecamatan Sungai Pinyuh.
Usai ditemukan, Lina menuturkan Rosita dan
kedua anaknya mengaku tersesat di dalam hutan selama tiga hari dan dua
malam. Melihat kondisi Rosita dan kedua anaknya yang tampak begitu lelah, warga
memberikan air minum dan memintanya untuk beristirahat sejenak.
“Setelah beberapa waktu beristirahat, dan
mereka mengaku masih kuat untuk berjalan kaki maka kami antar ke pemukiman
warga. Alhamdulillah, sudah berkumpul dengan sanak keluarganya,” ucap Lina.
Belakangan diketahui, Lina dan rekan-rekannya
merupakan warga Kampung Janggot, RT 01/RW 01, Dusun Timur, Desa Sungai Rasau. Nama
kampung Janggot sendiri kurang familiar dikalangan masyarakat. Daerah ini hanya
dihuni sekitar 25 Kepala Keluarga (KK).
“Kampung Janggot ini berjarak kurang lebih 4
kilometer dari rumah orang tua Rosita di Desa Sungai Rasau. Mayoritas warga
tahu tentang keberadaan Kampung Janggot,” kata Kepala Desa Sungai Rasau, Asmadi,
Jumat (17/6/2022) sore.
Asmadi menjelaskan, Kampung Janggot merupakan
salah satu wilayah yang masih minim penduduk. Meski demikian, akses menuju ke
Kampung Janggot cukup mudah bisa dilewati kendaraan roda dua maupun empat.
“Sebagian besar akses jalan ke Kampung
Janggot sudah rabat beton. Sehingga bisa dilewati kendaraan dengan lancar,”
tuturnya.
Asmadi mengakui nama Kampung Janggot kurang
familiar bagi kalangan masyarakat diluar Desa Sungai Rasau. Mengingat, daerah
cukup jauh dan mayoritas masih berupa lahan-lahan kosong dengan struktur tanah
gambut.
“Kebanyakan kebun sawit disana dilahan
gambut. Data terakhir yang kita himpun, sudah kurang lebih 180 hektare lahan di Kamung Janggot sudah ditanami
sawit,” bebernya.
Sementara itu, Rosita mengaku tidak pernah
mendengar keberadaan Kampung Janggot di Desa Sungai Rasau. Namun, dia mengingat
jarak antara kebun sawit menuju perkampungan warga di Kampung Janggot cukup
jauh dengan berjalan kaki.
“Rasanya cukup jauh kami berjalan kaki dari
kebun sawit menuju ke perkampungan rumah warga di Kampung Janggot. Saya pun
baru tahu ada Kampung Janggot disitu,” akunya.
Dibalik peristiwa yang dialaminya, Rosita
mengaku sama sekali tak menyangka akan tersesat di dalam hutan selama tiga hari
dua malam bersama kedua anaknya. Kejadian yang dialaminya akan menjadi
pembelajaran agar kedepan lebih berhati-hati supaya tidak terulang kembali.
“Sampai sekarang, saya masih tidak menyangka
bisa bertahan selama tiga hari dua malam di tengah hutan bersama anak-anak. Hingga
akhirnya, kami berhasil menemukan jalan pulang. Semua ini takdir Allah Ta’ala,”
ujarnya.
Meski demikian, Rosita dan kedua anaknya tidak
mengalami trauma atas kejadian tersebut. Mereka bisa kembali beraktivitas
dengan normal seperti sediakala. Hanya saja, mereka butuh waktu istirahat untuk
memulihkan lelah dan luka di kaki dan tangan.
“Pastinya kejadian ini menjadi pembelajaran
bagi saya dan anak-anak. Kedepan harus lebih hati-hati jika berada di hutan. Harus
bisa mengingat jalan pulang agar tidak tersesat lagi,” pungkasnya.
Penulis : Tim Liputan