-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan


Rumah Bugis Berusia Puluhan Tahun di Mempawah, Dihuni Generasi Ketiga Asal Sulawesi

26 September 2020 | 11:42 AM WIB | 0 Views Last Updated 2020-09-26T04:42:44Z
Rumah Bugis Berusia Puluhan Tahun di Mempawah, Dihuni Generasi Ketiga Asal Sulawesi
Rumah Masyarakat Suku Bugis di Desa Sui Bakau Kecil masih terawat dan dilestarikan

MEMPAWAH NEWS- Rumah khas masyarakat Suku Bugis yang terletak di RT 12/RW 04, Jalan Sepakat, Kecamatan Mempawah Timur, Kabupaten Mempawah menarik perhatian. Menurut penghuninya, rumah panggung dengan ornamen khas Suku Bugis itu berusia lebih dari 70 tahun.

Saat ini, rumah tersebut dirawat dan ditempati oleh Effendi Ambo’ Itam beserta keluarganya yang merupakan generasi ketiga keturunan keluarga H Abdul Fattah. Beliau adalah salah satu keturunan Suku Bugis dari Sulawesi.

Saat dikunjungi awak media, Effendi Ambo’ Itam menceritakan, rumah khas masyarakat Suku Bugis itu peninggalan dari H Abdul Fattah yang pertama kali mendirikan rumah masyarakat Suku Bugis di daerah Sungai Duri.

Setelah sekian lama bermukim dan tak dihuni, rumah tersebut dibongkar dan dipindahkan ke daerah Senggiring, Kelurahan Pasir Wan Salim, Kecamatan Mempawah Timur oleh H Daeng Subuh yang juga mertua dari Effendi.

Akan tetapi, tak berapa lama kemudian H Daeng Subuh memutuskan untuk membongkar kembali rumahnya dan dipindahkan ke lokasi sekarang di Jalan Sepakat, Desa Sungai Bakau Kecil.

“Rumah ini sudah berusia lebih dari 70 tahun silam. Kalau saya dan keluarga mulai tinggal di rumah ini sejak tahun 1997 lalu,” ucap Effendi.

Effendi mengatakan, sejak semula bangunan itu memang mempertahankan ciri khas rumah Suku Bugis. Karena, para leluhurnya ingin mempertahankan dam melestarikan nilai-nilai adat budaya masyarakat Suku Bugis yang dibawanya dari tanah Sulawesi.

“Kalau ada tokoh masyarakat Bugis yang datang dari Sulawesi, biasanya akan bertamu ke rumah ini,” sebutnya.

Lebih jauh, Effendi mengungkapkan, ciri khas bangunan rumah masyarakat Suku Bugis di Desa Sungai Bakau Kecil itu terlihat dari bentuk bangunan dan ornamenya. Mulai dari pondasi hingga bagian atap bangunan persis dengan rumah-rumah masyarakat Suku Bugis di Sulawei.

“Bentuk bangunan seperti rumah panggung. Bagian inti rumah terdiri dari sekat-sekat dan pintu khas Suku Bugis. Begitu pun bagian atap yang memiliki filosofi masyarakat Suku Bugis,” paparnya.

Effendi menguraikan, bagian dalam rumah masyarakat Suku Bugis terdapat sekat dan dua pintu yang digunakan untuk keluar masuk tamu laki-laki dan perempuan. Biasanya ketika ada acara atau pesta, tamu laki-laki dan perempuan akan masuk secara terpisahkan melalui dua pintu tersebut.

“Tujuannya untuk menjaga adab agar laki-laki dan perempuan tidak saling bersatu,” pendapatnya.

Kemudian, sambung dia, bagian loteng biasanya dipakai untuk tempat berkumpul anak-anak perempuan saat menghadiri kegiatan atau acara tertentu. Biasanya juga digunakan untuk ruangan menyiapkan makanan yang akan dihidangkan kepada tamu undangan.

“Nanti, makanan dan minuman dibawa dari loteng menuju ke ruangan tengah rumah dan dihidangkan untuk tamu undangan,” ujarnya.

Selanjutnya, imbuh dia, bagian pelataran rumah biasanya digunakan masyarakat Suku Bugis untuk menjemur hasil pertanian seperti padi dan lainnya. Termasuk pula dipakai untuk berkumpul para anggota keluarga.

“Ciri khas lainnya, rumah ini memiliki pondasi cukup tinggi atau biasa disebut rumah panggung. Karena, pada zaman dulu rumah panggung itu untuk berjaga-jaga dari banjir dan serangan binatang buas. Bisa juga untuk tempat bermain anak-anak,” tutupnya.


Penulis : Herry
Grafis : Syahrie

×
Berita Terbaru Update