Ilustrasi/internet |
MEMPAWAH
NEWS-
WM (38) warga Kecamatan Segedong merupakan pasien positif Covid-19 pertama di
Kabupaten Mempawah. Kabar tentang WM sempat mengejutkan masyarakat. Bahkan menimbulkan
kehebohan. Sebab, WM dituduh kabur dan dijemput paksa oleh petugas medis.
Mempawahnews.com
berkesempatan mewawancarai WM secara ekslusif melalui telepon. Wawancara ini
dilakukan setelah WM menjalani isolasi selama 38 hari di RSUD dr Rubini Mempawah
dan dinyatakan negatif Covid-19 melalui dua kali hasil swab.
WM menceritakan,
pengalaman yang tak terlupakan dalam hidupnya divonis menjadi pasien positif
Covid-19 itu bermula ketika dia berada di Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa
Timur. Disana, WM dan keluarganya menjalankan bisnis laundri.
“Di Magetan, saya tinggal
di dua rumah kontrakan. Saat itu, pemilik rumah kontrakan sedang sakit. Usianya
sekitar 40 tahun lebih. Kabarnya sudah 14 hari sakit dengan gejala batuk dan
lainnya. Sebagai tetangga, tentu saya menjenguknya,” ucap WM.
Singkat cerita,
sambung WM, pada malam tanggal 9 April dirinya mendapatkan kabar jika si
pemilik kontrakan itu dinyatakan positif Covid-19. Dan dia diberitahukan bahwa
Dinas Kesehatan Magetan akan melakukan traking terhadap keluarga dan warga
dilingkungan tempat tinggal si pemilik kontrakan.
“Besok harinya
tanggal 10 April dilakukan pemeriksaan. Saya ditanyakan kapan terakhir kali
kontak dengan pasien positif. Saya katakan sekitar 25 Maret. Artinya sudah 15
hari lalu. Dan saya hanya kontak dari jarak jauh. Saat itu, petugas meyakinkan kalau
saya tidak perlu diperiksa,” kenang WM.
WM pun diperbolehkan pulang.
Kemudian, WM mengaku pulang ke rumah kontrakan lainnya. Namun, tak lama
kemudian dirinya dipanggil kembali oleh Tim Dinas Kesehatan. Dengan alasan
sudah terlanjur berada dilokasi, maka dirinya ikut menjalani pemeriksaan swab.
“Saat itu ada 18
orang yang dilakukan swab, termasuk saya. Dan saya sama sekali tidak merasakan gejala
apapun,” akunya.
Kemudian, WM melapor
kepada Lurah setempat. WM mengaku jika dirinya akan pulang ke Pontianak pada
tanggal 16 April. Saat itu, dia sudah terlanjur memborong tiket pesawat untuk
dirinya dan keluarga.
“Pak Lurah meminta saya
untuk menunggu hasil swab. Pak Lurah katakan hasil swab paling lama keluar 4-5
hari kedepan. Saya fikir masih leluasa menunggu hasil swab keluar sebelum
pulang ke Pontianak,” tuturnya.
Hingga tanggal 15
April, WM menanyakan kembali kepastian hasil swab kepada Pak Lurah. Namun
jawabannya tetap diminta menunggu. Lantaran tak ada kepastikan, pada malam
harinya WM mendatangi salah satu klinik untuk memeriksakan kesehatan. WM ingin
memastikan dirinya dalam kondisi sehat sebelum terbang ke Pontianak.
“Petugas klinik memastikan
suhu tubu saya normal dan secara keseluruhan saya tidak mengalami gangguan
kesehatan. Akhirnya, saya dan keluarga mendapatkan surat keterangan kesehatan
dari klinik,” paparnya.
Subuh harinya, WM dan
keluarganya menyewa mobil pribadi menuju ke Bandara Juanda Surabaya. Tiba di
bandara, WM bertemu dengan rombongan santri yang juga akan pulang ke Kalbar.
Sembari menunggu jadwal keberangkatannya pukul 11.00 WIB, WM sempat berpamitan
bersama teman-temannya.
“Sebelum terbang ke
Pontianak, saya sempat kontak dengan kawan-kawan. Bahkan, sampai di bandara pun
sempat kontak dengan kawan yang dari Palembang dan daerah lainnya,” ungkapnya.
Tiba di Pontianak, WM
mengaku lebih banyak kontak dengan para orang tua santri yang menjemput
anaknya. Mulai dari kontak bersalaman hingga berpelukan. Selanjutnya, WM dan keluarga
diantar pulang ke rumah orang tuanya di Kecamatan
Segedong.
“Sebelum pulang,
orang tua saya sudah konfirmasi ke pihak dusun bahwa saya akan datang dari Jawa.
Saat itu, saya hanya disarankan untuk menjalani isolasi mandiri. Nanti, petugas
yang akan datang ke rumah untuk memeriksa kesehatan saya dan keluarga. Namun,
tak pernah ada petugas yang datang,” terang WM.
Setelah beberapa hari
tiba di rumah tepatnya sore hari tanggal 21 April, WM mendapatkan kabar dari
Magetan jika hasil swab sudah keluar. Ada empat orang yang dinyatakan positif Covid-19
dari total 18 orang menjalani pemeriksaan swab.
“Salah satu dari empat
orang yang dinyatakan positif Covid-19 adalah saya. Saat itu saya sangat terkejut
dan tidak menduga. Karena, saya sama sekali tidak merasakan gejala sakit,”
katanya meyakinkan.
Malam itu juga,
sambung WM, dirinya mendatangi Puskesmas Segedong. WM mengatakan jika dia
positif Covid-19. Dan malam itu juga WM menawarkan diri untuk dibawa ke Rumah
Sakit Rubini agar menjalani isolasi. Namun, pegawai setempat meminta bukti
hasil swab.
“Saya ingin
menyerahkan diri kepada petugas untuk ditangani secara medis. Namun, petugas
menyarankan agar saya pulang dulu kerumah dan tidak usah kemana-mana sambil
menunggu informasi lebih lanjut,” ucapnya.
Barulah keesokan
harinya tanggal 22 April sekitar pukul pukul 10.00 WIB, petugas medis
berpakaian hazmat menyambangi kediaman WM untuk melakukan penjemputan. WM yang
sejak awal ingin menyerahkan diri ke petugas langsung diangkut menggunakan
mobil ambulance.
“Informasi yang
beredar bahwa saya dijemput paksa. Padahal, saya memang sudah berkoordinasi
untuk dibawa ke rumah sakit Rubini Mempawah. Dengan kesadaran sendiri saya
ingin diisolasi ke rumah sakit agar mendapat penanganan medis,” tegasnya
meluruskan kesimpangsiuran informasi di masyarakat.(bersambung)
Baca Juga : Kisah Pasien Sembuh Covid-19 Mempawah, WM : Kontak dengan Puluhan Orang, Tak Satu pun Tertular
Baca Juga : Kisah Pasien Sembuh Covid-19 Mempawah, WM : Kontak dengan Puluhan Orang, Tak Satu pun Tertular
Penulis
: Herry
Layout
: Syahrie