-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan


Kisah Pasien Sembuh Covid-19 Mempawah, WM : Saya Dituduh Kabur dan Dijemput Paksa

08 Juni 2020 | 6:19 AM WIB | 0 Views Last Updated 2020-06-08T01:49:58Z
Kisah Pasien Sembuh Covid-19 Mempawah, WM : Saya Dituduh Kabur dan Dijemput Paksa
Ilustrasi/internet

MEMPAWAH NEWS- WM (38) warga Kecamatan Segedong merupakan pasien positif Covid-19 pertama di Kabupaten Mempawah. Kabar tentang WM sempat mengejutkan masyarakat. Bahkan menimbulkan kehebohan. Sebab, WM dituduh kabur dan dijemput paksa oleh petugas medis.

Mempawahnews.com berkesempatan mewawancarai WM secara ekslusif melalui telepon. Wawancara ini dilakukan setelah WM menjalani isolasi selama 38 hari di RSUD dr Rubini Mempawah dan dinyatakan negatif Covid-19 melalui dua kali hasil swab.

WM menceritakan, pengalaman yang tak terlupakan dalam hidupnya divonis menjadi pasien positif Covid-19 itu bermula ketika dia berada di Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur. Disana, WM dan keluarganya menjalankan bisnis laundri.

“Di Magetan, saya tinggal di dua rumah kontrakan. Saat itu, pemilik rumah kontrakan sedang sakit. Usianya sekitar 40 tahun lebih. Kabarnya sudah 14 hari sakit dengan gejala batuk dan lainnya. Sebagai tetangga, tentu saya menjenguknya,” ucap WM.

Singkat cerita, sambung WM, pada malam tanggal 9 April dirinya mendapatkan kabar jika si pemilik kontrakan itu dinyatakan positif Covid-19. Dan dia diberitahukan bahwa Dinas Kesehatan Magetan akan melakukan traking terhadap keluarga dan warga dilingkungan tempat tinggal si pemilik kontrakan.

“Besok harinya tanggal 10 April dilakukan pemeriksaan. Saya ditanyakan kapan terakhir kali kontak dengan pasien positif. Saya katakan sekitar 25 Maret. Artinya sudah 15 hari lalu. Dan saya hanya kontak dari jarak jauh. Saat itu, petugas meyakinkan kalau saya tidak perlu diperiksa,” kenang WM.

WM pun diperbolehkan pulang. Kemudian, WM mengaku pulang ke rumah kontrakan lainnya. Namun, tak lama kemudian dirinya dipanggil kembali oleh Tim Dinas Kesehatan. Dengan alasan sudah terlanjur berada dilokasi, maka dirinya ikut menjalani pemeriksaan swab.

“Saat itu ada 18 orang yang dilakukan swab, termasuk saya. Dan saya sama sekali tidak merasakan gejala apapun,” akunya.

Kemudian, WM melapor kepada Lurah setempat. WM mengaku jika dirinya akan pulang ke Pontianak pada tanggal 16 April. Saat itu, dia sudah terlanjur memborong tiket pesawat untuk dirinya dan keluarga.

“Pak Lurah meminta saya untuk menunggu hasil swab. Pak Lurah katakan hasil swab paling lama keluar 4-5 hari kedepan. Saya fikir masih leluasa menunggu hasil swab keluar sebelum pulang ke Pontianak,” tuturnya.

Hingga tanggal 15 April, WM menanyakan kembali kepastian hasil swab kepada Pak Lurah. Namun jawabannya tetap diminta menunggu. Lantaran tak ada kepastikan, pada malam harinya WM mendatangi salah satu klinik untuk memeriksakan kesehatan. WM ingin memastikan dirinya dalam kondisi sehat sebelum terbang ke Pontianak.

“Petugas klinik memastikan suhu tubu saya normal dan secara keseluruhan saya tidak mengalami gangguan kesehatan. Akhirnya, saya dan keluarga mendapatkan surat keterangan kesehatan dari klinik,” paparnya.

Subuh harinya, WM dan keluarganya menyewa mobil pribadi menuju ke Bandara Juanda Surabaya. Tiba di bandara, WM bertemu dengan rombongan santri yang juga akan pulang ke Kalbar. Sembari menunggu jadwal keberangkatannya pukul 11.00 WIB, WM sempat berpamitan bersama teman-temannya.

“Sebelum terbang ke Pontianak, saya sempat kontak dengan kawan-kawan. Bahkan, sampai di bandara pun sempat kontak dengan kawan yang dari Palembang dan daerah lainnya,” ungkapnya.

Tiba di Pontianak, WM mengaku lebih banyak kontak dengan para orang tua santri yang menjemput anaknya. Mulai dari kontak bersalaman hingga berpelukan. Selanjutnya, WM dan keluarga diantar pulang ke rumah orang tuanya  di Kecamatan Segedong.

“Sebelum pulang, orang tua saya sudah konfirmasi ke pihak dusun bahwa saya akan datang dari Jawa. Saat itu, saya hanya disarankan untuk menjalani isolasi mandiri. Nanti, petugas yang akan datang ke rumah untuk memeriksa kesehatan saya dan keluarga. Namun, tak pernah ada petugas yang datang,” terang WM.

Setelah beberapa hari tiba di rumah tepatnya sore hari tanggal 21 April, WM mendapatkan kabar dari Magetan jika hasil swab sudah keluar. Ada empat orang yang dinyatakan positif Covid-19 dari total 18 orang menjalani pemeriksaan swab.

“Salah satu dari empat orang yang dinyatakan positif Covid-19 adalah saya. Saat itu saya sangat terkejut dan tidak menduga. Karena, saya sama sekali tidak merasakan gejala sakit,” katanya meyakinkan.

Malam itu juga, sambung WM, dirinya mendatangi Puskesmas Segedong. WM mengatakan jika dia positif Covid-19. Dan malam itu juga WM menawarkan diri untuk dibawa ke Rumah Sakit Rubini agar menjalani isolasi. Namun, pegawai setempat meminta bukti hasil swab.

“Saya ingin menyerahkan diri kepada petugas untuk ditangani secara medis. Namun, petugas menyarankan agar saya pulang dulu kerumah dan tidak usah kemana-mana sambil menunggu informasi lebih lanjut,” ucapnya.

Barulah keesokan harinya tanggal 22 April sekitar pukul pukul 10.00 WIB, petugas medis berpakaian hazmat menyambangi kediaman WM untuk melakukan penjemputan. WM yang sejak awal ingin menyerahkan diri ke petugas langsung diangkut menggunakan mobil ambulance.

“Informasi yang beredar bahwa saya dijemput paksa. Padahal, saya memang sudah berkoordinasi untuk dibawa ke rumah sakit Rubini Mempawah. Dengan kesadaran sendiri saya ingin diisolasi ke rumah sakit agar mendapat penanganan medis,” tegasnya meluruskan kesimpangsiuran informasi di masyarakat.(bersambung)

Baca Juga : Kisah Pasien Sembuh Covid-19 Mempawah, WM : Kontak dengan Puluhan Orang, Tak Satu pun Tertular


Penulis : Herry
Layout : Syahrie

×
Berita Terbaru Update